Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Hikmah Ramadhan

Tuesday, August 10, 2010

Share this history on :

BAGAIMANA MENYAMBUT RAMADHAN

Dr. Muhammad Hasan Abdul Baqi

(Dewan Da'wah dan Tarbiyah, International Islamic Universtiy Islamabad)

بسم الله الرحمن الرحيم

image Segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam.Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad s.a.w.. Mari kita mohon kepada Allah, Dzhat Yang Maha Agung, semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang apabila mendapatkan rizqi bersyukur, apabila mendapatkan cobaan bersabar dan apabila melakukan dosa atau kesalahan mau meminta ampunan.

Umat Islam saat ini sedang berada dalam masa yang sangat mencemaskan dan  dalam perjalanan sejarahnya yang penuh onak dan duri. Tidak sedikit negara-negara Islam saat ini mengalami penderitaan yang sangat berat berupa kemiskinan, ditindas, dibantai, dijajah dlsb. Ramadhan sebentar  lagi akan tiba, dan ini merupakan suatu momentum yang sangat tepat bagi kita kaum muslimin untuk menyamakan persepsi bahwa kita ini sebenarnya adalah satu tubuh, apabila salah satu organ tubuh terserang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakit yang sama. Bulan Ramadhan juga merupakan ajang kita untuk "bertadharru', meratap kepada Allah agar segala kesusahan, kedlaliman dan diskriminasi dijauhkan dari kita. Dan semoga umat ini juga ditunjukkan jalan yang benar, yaitu jalan dimana para pejuang kebenaran diberikan kejayaan atas orang-orang pembuat kerusakan. Semoga Allah menggandeng tangan umat ini kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tinggal beberapa hari lagi, kita kedatangan bulan Romadhan. Sudah sewajarnya kita menyambutnya dengan suka cita. Dulu para sahabat dan tabi'in senantiasa memanjatkan do'a agar di pertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. "Ya Allah sampaikan kami kepada bulan Ramadhan berikutnya".

Keutamaan Ramadhan.     

Keutamaan ini  bisa dilihat dari turunnya Al-Qur'an pada bulan Ramadhan. Ini merupakan tanda yang cukup jelas betapa mulianya bulan ini,  karena Al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia.  Allah berfirman "Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana diturunkan al-Qur'an di dalamnya untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan tanda-tanda dari petunjuk dan pembeda (dari yang benar dan batil)". Untuk itulah Allah mewajibkan kaum muslimin untuk memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya dengan melaksanakan puasa sebagai realisasi rasa syukur kita kepada Allah  atas ni'mat bulan Ramadhan, "Barangsiapa menemukan bulan (Ramadhan) maka berpuasalah”.

Ramadhan merupakan bulan puasa, bulan mendirikan sholat, bulan memperbanyak membaca al-Qur'an, bulan yang penuh rahmat, maghfiroh dan pembebasan dari api neraka, bulan dimana segala amal kebajikan dilipatgandakan dan amal keburukan dan maksiat dimaafkan, bulan segala do'a dikabulkan, dan derajatnya ditinggikan. Allah mewajibkan puasa ini agar kita bisa bertaqwa dengan sesungguhnya, sebagaimana firman Allah :

"ياأيهاالذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu melaksanakan puasa sebagaimana yang diwajibkan atas kaum sebelummu, agar kamu bertaqwa".

Taqwa adalah buah yang diharapkan mampu di hasilkan oleh puasa. Buah tersebut akan menjadi bekal orang beriman dan periasai baginya agar tidak terjatuh dalam jurang kemaksyiatan. Seorang ulama sufi pernah berkata tentang pengaruh taqwa bagi kehidupan seorang muslim; “Dengan bertaqwa, para kekasih Allah bisa terlindungi dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa takut kepada Allah sehingga menyebabkannya senantiasa terjaga di malam hari untuk beribadah, lebih suka menahan kesusahan dari pada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan. Taqwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan, serta gabungan antara perkataan dan perbuatan.

Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah seperti yang dijelaskan Rasulullah s.a.w. : "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh syaithan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup , tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga ibuka hingga tidak ada satupun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru;  "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan  menyingkilah. Hanya Allah lah  yang  bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi.)

Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh RA berkata: berkata Rasulullah SAW: "Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka jahannam, dan dibeleggu semua syaithan". Dalam Riwayat Bukhari yang lain; "ketika telah tiba bulan Ramadhan maka di bukakan pinti-pintu sorga".

Jadi di dalam bulan yang suci ini Allah menjauhkan semua penyebab kehancuran dan kemaksiatan, syaitan diikat dan dibelenggu, hingga tidak kuasa untuk membujuk manusia melakukan kemaksiatan yang keji dan terlarang, karena manusia sibuk melakukan ibadah, mengekang hawa nafsu mereka dengan beribadah, berdzikir dan membaca al-Qur'an. Ini sekaligus penggugah hamba beriman bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah ataupun melakukan maksiat karena sumber utama penyebab kemaksiatan, yaitu syetan telah dibelenggu.

Ditutupnya pintu neraka mempunyai arti bahwa setiap hamba hendaknya tidak lagi melakukan perkara yang munkar dan mengekang diri dari menuruti hawa nafsunya, karena neraka sebagai tempat pembalasannya sedang ditutup. Pintu neraka ditutup semata untuk menghukum syaithan dan saat itulah selayaknya kemaksiatan berkurang dan sirna lalu digantikan dengan perbuatan mulia dan kebajikan.

Sementara dibukanya pintu-pintu sorga mengisyaratkan terhamparnya kesempatan seluas-luasnya untuk meraih sorga dalam bulan Ramadhan. Iyadl berkata: ini merupakan tanda bagi para malaikat bahwa bulan yang istimewa telah tiba agar mereka menghormatinya dan menghadang syetan dari pekerjaannya mengganggu orang mu'min. Bisa juga itu mengisyaratkan banyaknya pahala dan ampunan yang diturunkan Allah agar mereka yang mengharapkannya berlomba-lomba meningkatkan amal ibadahnya dan agar mereka yang memimpikannya semakin berusaha mendapatkannya. Bisa juga maksud dibukanya pintu sorga adalah terbukanya kesempatan bagi hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketaatan, dengan terbukanya semua jalan kataatan dan tertutupnya jalan-jalan syetan. Adapun maksud terbukanya pintu-pintu langit adalah kata kiasan bagi turunnya rahmat Allah dan terbukanya tirai penutup bagi amal-amal hamba, di satu pihak karena taufiq Allah dan di lain pihak karena semua amal akan diterima Allah pada bulan tersebut.

Taibi berkata : Malaikat diperintahkan memintakan rahmat kepada Allah untuk hambanya yang berpuasa dan agar mereka mendapatkan derajat yang mulia. Maka sangat beruntunglah bagi mereka yang mau memanfaatkan kesempatan tersebut, dan mudah-mudahan menjadi salah satu dari mereka yang dimuliakan dan diselamatkan dari api neraka di bulan suci tersebut. Sesungguhnya Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka karena beberapa amal : ada yang karena mentauhidkan Allah, ada yang karena sholat dan zakat, dan pembebasan pada bulan Ramadhan adalah karena puasa dan barakah yang terkandung di dalamnya, dengan banyaknya dzikir dan taubat yang di lakukan dalam bulan suci itu. Nabi Muhammad s.a.w. telah menceritakan dari tuhannya (Allah).; "Barang siapa berpuasa di bulan suci itu dengan beriman dan mengharap pahala  dari sisi Allah maka diampuni segala dosa yang telah ia lakukan" dan barang siapa menghidupkan malam lailatul qadar dengan beriman dan bertulus hati maka diampunilah dosa yang telah ia lakukan. Berpuasa disertai dengan ketulusan niyat dan ikhlas akan mengantarkan hamba mendapatkan ampunan dan mendatangkan rahmat dan keridloan dari Allah.

Inilah kesempatan yang terbuka bagi orang beriman agar berlomba-lomba dalam beramal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran. Saudaraku!! jangan lewatkan kesempatan ini, apalagi sampai merugi dalam perkara ini, tidak saja kehilangan modal yang telah ada ditanganmu namun juga tidak sepeser pun keuntungan yang kau dapat, padahal di sana banyak orang-orang yang mendapatkannya. “Dan pada itu berlomba-lombalah orang-orang yang berlomba” (Q.S. 84:26).

 

Persiapan Menyambut Kedatangan ‘Tamu Istemewa’.
Saudaraku yang mulia !.
Ramadhan boleh kita anggap sebagai tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Apa saja perkara yang harus di persiapkan menjelang kedatangannya tamu tersebut?
Pertama adalah dengan bertaubat nasuha, yaitu dengan menyesali perbuatan buruk yang telah kita lakukan seraya meminta ampun kepada Dzat Yang Maha Pengampun secara sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kita sambut Ramadhan dengan janji kepada Allah untuk selalu berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama-Nya, menyerahkan jiwa raga dan harta benta di jalan Allah. "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka bahwa untuk mereka akan mendapatkan sorga".
Kedua dengan meyakinkan diri kita bahwa kemuliaan, derajat tinggi dan kejayaan yang haqiqi tidak akan tercapai kecuali dengan iman dan hanya bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah:
ولاتهنوا ولاتحزنوا وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين
“Janganlah kamu merasa hina diri dan bersedih hati, kamu semua adalah orang-orang yang berpangkat tinggi jika kamu adalah orang-orang yang beriman.(sungguh-sungguh)”.
Dalam ayat yang lain:
"ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين"
“Hanya milik Allah,segala kemuliaan dan rasulNya dan orang-orang yang beriman”.
Apabila perasaan ini telah tertanam di dalam dada kita maka kita tidak akan dihinggapi perasaan hina, pesimis dan putus asa dengan rahmatnya Allah.
Termasuk kewajiban kita dalam menyambut tamu adalah mengetahui derajat dan pangkat ‘tamu’ tersebut. Di antara derajat yang dimiliki bulan Ramadhan bahwa di dalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, di dalam bulan ini juga terlukis sejarah kemenangan umat islam; kemenangan umat Islam dalam perang Badar terjadi pada bulan ini; di taklukkanya kota Makkah oleh kaum muslimin; dibebaskanya Masjidil Aqso dari tangan yahudi setelah melalui peperangan sengit di bawah komando jenderal An-nasir Sholahuddin juga pada bulan ini. Semoga dengan bulan penuh berkah ini pula merupakan akhir dari kebiadaban musuh-musuh Islam dan awal dari kemerdekaan dan kemenangan saudara-saudara kita yang ada di Palestina, Kashmir, Chechnia maupun di bumi Islam lainnya yang saat ini masih terjajah dan tertindas.
Ketahuilah, bahwa untuk mencapai kehormatan dan kemuliaan, seorang hamba sangat tergantung seberapa kuat keimanannya kepada Allah. Kalau ada seorang hamba hidupnya hina, termarjinalkan tertindas itu terkadang karena kualitas keimanan mereka yang masih lemah dan kurang. Karena kemenangan dan kekuatan itu hanya diberikan oleh Allah kepada orang-orang-orang yang mempunyai keimanan yang kuat dan sempurna. Allah berfirman:
أمنوا في الحياة الدنيا ويوم يقوم الأشهاد
“Sesungguhnya kami akan menolong para rasul dan orang-orang beriman di dunia dan di akherat”. Barang siapa imanya tipis maka sedikit pula jatahnya untuk menrima pertolonga Allah. Untuk itu, sewajarnya kita harus bisa memanfaatkan bulan Ramadhan ini sebaik-baiknya untuk memperbarui keimanan kita dengan berpegang teguh kepada ajaran Allah.
Ketiga: bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan kembali kepada Allah. Kelalaian, syahwat dan kemarahan merupakan cobaan bagi manusia. Inilah pintu-pintu syaitan untuk membujuk manusia berbuat dosa dan maksiyat lalu menjerumuskannya ke jurang kehancuran. Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka akan dibukakan untuknya pintu taubat, penyesalan, kesungguhan untuk kembali ke jalan-Nya dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menghamba dan memperbanyak do’a dan amal kebajikan sehingga akan terbuka pintu rahmat-Nya.
Keempat: Jiwa dan raga yang istiqamah, lurus dan konsisten. Ini bisa terwujud melalui dua cara, yaitu:
1- Cinta kepada Allah s.w.t. melebihi cinta kepada selain-Nya. Di dalam berpuasa, ketika suatu perkara yang disenangi bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, maka orang yang berpuasa tersebut akan medahulukan cintanya kepada Allah dan menahan dirinya dari yang di haramkan.
2- Menghormati dan mentaati perintah dan larangan-Nya, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan menjauhi apa yang dilarang. Seorang mukmin pasti sadar bahwa mentaati perintah dan menjauhi larangan semata timbul dari sikap pemuliaan terhadap pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah s.w.r. sendiri. Maka kualitas suatu amal di sisi Allah bergantung pada seberapa jauh kadar kemurnian dan keikhlasan hati seseorang dalam beriman, ikhlas, mahabbah dan cintanya kepada Allah. Inilah yang nantinya, dengan izin Allah, dapat melebur dosa-dosa.
Kelima: Anjuran untuk memperbanyak dzikir. Rasulullah s.a.w. berkata: “Tidakkah aku memberitahukan pada kalian tentang amal yang paling mulia disisi Tuhan kalian (Allah), derajatnya tertinggi di antara amal kalian. Amal tersebut lebih mulia dibanding menginfakkan emas dan perak, lebih mulia dari pertempuran dengan musuh kalian, hingga kalian meninggal secara syahid)”. Para sahabat menjawab: “Dengan senang hati, ya Rasulallhoh”. Maka Rasulullah s.a.w. berkata: “Amal tersebut adalah dzikir kepada Allah Yang Mulia”.
Beberapa faidah dzikir:
1.Dengan berdzikir akan memberi daya ingat yang kuat sehingga terkadang seseorang mampu melakukan pekerjaan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya tanpa dzikir.
2. Dengan berdzikir akan memudahkan seseorang dalam menghadapi kesulitan, meringankan melaksanakan pekerjaan berat.
3. Dzikir kepada Allah s.a.w. merupakan salah satu pertolongan Allah kepada hamba-Nya, dengan ketaatan tersebut Allah akan membalas dengan cinta-Nya dan memudahkan perkaranya.
4. Allah sangat membanggakan orang orang yang berdzikir di hadapan Malaikat.
5. Berdzikir kepada Allah merupakan penyejuk hati sekaligus sebagai penyembuh penyakit-penyakit hati. Lupa adalah penyakit hati, di dalam hati ada sesuatu yang keras, tidak ada yang bisa mencairkan dan tidak ada yang bisa menyembuhkan kecuali dengan berdzikir.
6. Dzikir adalah inti dari rasa syukur seseorang. Orang tidak akan bersyukur kepada Allah kalau ia ia tidak berdzikir kepada-Nya.
7. Dzikir ibarat sebuah pohon yang berbuah ma`rifah bagi mereka yang menempuh jalan rohani (as-salik). Maka untuk menggapai kenikmatan buah tersebut, tidak ada jalan lain kecuali dengan berdzikir.
8. Dzikir akan mengingatkan seseorang akan kerugian di hari Kiamat.
9. Dengan berdzikir akan menghidupkan hati, menyejukkan jiwa, menguatkan ruh dan menambah rasa takut akan Tuhanya (Allah).
10. Menjauhkan diri dari omongan yang keji dan munkar

 

Amalan-amalan yang disunatkan pada bulan Ramadhan.
1- membaca Al-Quran.
Bulan Ramadhan adalah bulan al-Quran sesuai dengan sunnah Nabi s.a.w. Ibnu Abbas RA berkata; "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawaanya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawaan Nabi melebihi angin yang berhembus."
Hadist tersebut menganjurkan kepada setiap muslim agar bertadarus al-Quran, dan mengadakan ijtima`/berkumpul dalam majlis al-Quran dalam bulan Ramadhan. Membaca dan belajar al-Qur'an bisa dilakukan di dihadapan orang yang lebih mengerti atau lebih hafal al-Quran. Dianjurkan pula untuk memperbanyak membaca al-Quran di malam hari. Dalam hadist di atas, modarosah antara Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril terjadi pada malam hari, karena malam tidak terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan keseharian. Di malam hari, hati seseorang juga lebih mudah meresapi dan merenungi amalan dan ibadah yang dilakukannya.
Puasa dan al-Quran mempunyai keterkaitan yang sangat dalam. Karena itu Rasulullah s.a.w memperbanyak membaca Al-Quran dalam bulan Ramadhan. Tidak ada yang melebihi al-Quran. Allah menurunkannya lain pada kitab-kitab terdahulu, di dalamnya terdapat hukum-hukum Allah yang tegas, dari al-Qur'an mengalir petunjuk-petunjuk Allah untuk manusia, tidak ada kebohongan, tidak ada penyesatan, ia memberi syafaat kepada orang yang membaca dan mengamalkannya. Rasulullah menegaskan "Barang siapa mendapatkan syafaat al-Qur'an, maka ia akan mendapatkan syafa'at di hari Kiamat", "Barangsiapa duduk demi al-Qur'an, maka ia tidak akan berdiri keculai dengan mendapatkan kelebihan dan kekurangan, yaitu kelebihan mendapatkan hidayah dan kekurangan dari kebutaan hatinya". Dengan selalu membaca al-Quran, iman seseorang akan bertambah dan terus bertambah, dan tidak akan luntur apa yang telah ia yakini, hinggga berkuranglah keraguan-keraguan yang ada dalam jiwanya. Tidak ada satu pun penyembuh hati selain al-Quran, karena sebesar-besarnya penyakit hati adalah kekafiran dan kemunafikan serta jauh dari jalan Allah. Dan tiada penawar atas penyakit-penyakit tersebut kecuali al-Quran.
Alim Rabbany syaikh Ahmad bin Abdul-Ahmad as-Sarhindy berkata: "Sesungguhnya di dalam bulan ini (puasa) ada kaitan yang sangat erat dengan al-Quran, dimana pada bulan tersebut al-Quran di turunkan, di dalam bulan tersebut juga dipenuhi segala kebajikan dan berkah dari Allah s.w.t. Setiap kebajikan dan keberkahan yang diterima oleh umat manusia selama setahun penuh, tidak lain hanyalah setetes dari lautan rahmat Allah selama satu bulan ini. Maka sangat beruntunglah mereka yang menyambut dan menghidupkan bulan tersebut dengan melakukan amal soleh dan beribadah, dan merugilah mereka yang tidak meramaikan bulan tersebut dengan beribadah, yaitu mereka yang berpaling dari keberkahan dan kebaikan."
Dengan demikian, Ramadhan merupakan pesta ibadah, blantika tilawah bagi ummat Islam. Ia ibarat musim semi orang-orang yang muila dam bertaqwa, hari raya bagi hamb-hamba yang shalih, diramaikan dengan mendirikan ajaran-ajaran agama, kebeningan hati dalam ibadah dan berlomba-lomba dalam kabaikan. Seluruh ummat muslim dari segala penjuru dunia serentak berbondong-bondong menyambut kedatangan bulan suci tersebut dengan menghidupkan suasana yang penuh rahmat dan barokah. Allah telah menganugerahkan rahmat dan pertolongan-Nya kepada hambanya yang beramal soleh, mereka yang tidak segan-segan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan selalu asyik tanpa rasa jemu dalam mengamalkan perintah-Nya. Hati mereka selalu bergantung kepada Allah dan setiap hembusan nafas mereka terarah kepada kebaikan.
2.Menahan hawa nafsu dan kesenangan duniawi.
Yaitu dengan mengurangi makan ketika berbuka serta tidak berlebih-lebihan. Dalam sebuah ahdist dikatakan "Tidak ada perkara yang lebih buruk dari pada memenuhi isi perut dengan makanan secara berlebihan". Ruh puasa terletak pada memeperlemah syahwat, mengurangi keinginan dan mengekang nafsu.
Dari Sahal bin Sa'ad r.a Rasulullah s.a.w. bersabda:" Sesungguhnya di surga ada salah satu pintu yang dinamakan Rayyan: masuk dari pintu tersebut ahli puasa di hari kiamat, tidak ada yang masuk dari pintu itu selain ahli puasa, lalu diserukan "Manakah para ahli puasa?", maka berdirilah para ahli puasa dan tak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu kecuali mereka yang tergolong para ahli puasa, dan apabila mereka sudah masuk, maka pintu sorga tersebut segera ditutup, dan tak ada satu pun yang diperbolehkan masuk setelah mereka". (Bukhari Muslim).
3.Berdo'a ketika berbuka puasa.
Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Rasulullah s.a.w: Ada tiga golongan yang tidak akan ditolak do'anya, mereka itu adalah: orang puasa ketika berbuka, doa pemimpin yang adil dan doa orang yang teraniaya".
Untuk itu, hendakanya kita sekalian tidak melupakan saudara-saudara kita yang menderita di Palestina, Afghanistan, Kashmir dan Chechnia dan belahan bumi laninnya dalam doa kita. Betapa banyak do'a yang ihlas dan tulus, lebih berguna dibanding ribuan anak panah.
4.Qiyamullail (Tahajjud )
Solat Tarawih hukumnya sunat menurut kesepakan para ulama juga disunatkan untuk meng-khatamkan al-Qur'an selamat shalat tarawih. Hadits-hadits yang menerangkan tentang qiyamullail adalah : Sabda Rasulullah s.a.w: "Barang siapa menghidupan malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan mendapatkan ridho Allah s.w.t semata, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau".
Abu Hurairah r.a meriwayatjkan bahwa Rasulullah s.a.w. senang menghidupkan bulan Ramadhan dengan melaksanakan qiyamullail dengan tidak memaksakannya kepada para sahabat untuk melaksanakannya dan bersabda:" Barangsiapa yang melaksanakan Qiyamullail pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.
Alam riwaayt lain Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah mewajibkan atasmu puasa Ramadhan dan disunatkan melakukan Qiyamullail pada bulan suci ini, barang siapa berpuasa dan melaksanakan Qiyamullail dengan penuh keimanan dan harapan maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau".
Dari Abu Hurairah r.a:"Kemuliaan seorang mu'min teletak pada solatnya yang ia dirikan di tengah malam dan kehormatannya terletak pada ketidak-tergantungannnya terhadap orang lain". Dari Mughirah r.a, Rasulullah s.a.w selalu bangun tengah malam melaksanakan solat malam hingga bengkak kedua telapak kakinya".
Para ulama salaf selalu mencari kesempatan untuk menghidupkan malamnya dengan shalat dan membaca Al-Quran sehingga tersentuh jiwanya. Dan apabila membaca ayat yang menerangkan kabar gembira, hatinya terselip harapan yang menggebu-gebu seolah apa yang di janjikan itu ada di pelupuk matanya. Sebaliknya, apabila membaca ayat Al-Qur'an yang menerangkan ancaman maka hati dan kedua telinganya terasa terbius, seolah dahsyatnya suara api neraka berada di ujung telinganya, lalu mereka pun meletakkan keningnya di atas bumi sambil memohon kepada Allah agar dijauhkan dari pedihnya api neraka dan meminta pertolongan agar diberi kemenangan atas musuh-musuhnya.
5. Berlomba-lomba dalam bersedekah.
Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan ifthar(berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah yang berbunyi:" Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (Bukhari Muslim)
Anjuran untuk berlomba-lomba dalam bersedekah dan membiasakan diri untuk berderma dan semaksimal mungkin memberikan apa yang kita punya sesuai dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan Ibnu Abbas yang artinya:" Rasulullah orang yang paling dermawan terlebih ketika berjumpa denga malaikat Jibril dan malaikat Jibril selalu menemuinya setiap malam dibulan Ramadhan hingga akhir bulan itu." (HR Bukhari)
Dan pada hadis yang lain disebutkan bahwasanya Rasulullah orang yang paling sempurna akhlaqnya, paling dermawan dan kedermawanannyha mencakup semua segi, di antaranya memberikan ilmu, harta, dan jiwanya kepada Allah demi menegakkan agama dan memberi petunjuk kepada hamba-Nya, membaktikan dirinya untuk ummat dalam segala aspek dan semua kedermawanannya semua hanya demi Allah. Rasulullah lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri, keluarga dan anak-anaknya, beliau memberikan apa yang para raja-raja tidak mampu memebrikannya, lebih suka hidup sederhana, sehingga tidak jarang dalam sebulan atau dua bulan dapurnya tidak mengepulkan asap. Kedermawaan beliau semakin bertambah ketika masuk bulan Ramadhan, karena keutamaan waktu mengartikan kautamaan beramal di dalamnya, dan menjadikan pahala berlipat ganda di dalamnya.
Membantu orang berpuasa dan orang yang menjalankan ketaatan, berhak mendapatkan pahala seperti pahala orang yg melakukannya, tanpa mengurangi sedikit pun pahalanya, karena Allah adalah Maha Dermawan terhadap hamba-Nya dengan rahmat dan maghfiroh-Nya dalam bulan Ramadhan ini. Maka sepatutnya bagi seorang hamba harus bisa membalas kebaikan-Nya dengan berderma harta dan jiwanya sehingga ia berhak mamperoleh rahmat Allah.
Di antara keutamaan sodaqah adalah meredam murka Allah dan terhindar dari suu'ul khatimah, yaitu meninggal dalam keadaan sesat. Sodaqah juga mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa untuk menolak bermacam cobaan dan malapetaka, melebur kesalahan, meredamnya sebagaimana air mematikan api, sodaqah bisa membuat hati menjadi senang dan dada terasa lapang. Untuk itulah kita dilarang bakhil. Abdurrahman bin Auf setiap kali bertawaf di Makkah selalu berkata: "Ya Allah lindungilah aku dari jiwa yang bakhil."
6. I`tikaf di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan.
I`tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan merupakan penyempurna ibadah puasa. Ini karena I'tikaf artinya mengkonsentrasikan diri menghadap Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya. Hingga kecintaannya semata hanya kepada Allah, mengalahkan kecintaannya kepada selain Allah. Inilah tujuan I'tikaf di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, hari yang paling utama selama bulan tersebut. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan keutamaan yang dipilih oleh Allah SWT.
Diriwayatkan dari `Aisyah r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw selalu beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya" (Bukhari Muslim). Ini merupakan gambaran akan kesungguhan dalam beribadah dan kesiapan Rasulullah dalam menyambut Ramadhan.
Dari `Aisyah r.a berkata: bahwa Rasulullah s.a.w. apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam dan membangunkan anggota keluarganya dan beliau kencangkan pakaiannya" (Bukhari Muslim).
Saudaraku!
Ingatlah bahwa pintu menuju kebaikan itu bermacam-macam. Oleh karena itu kita seyogyanya memasuki salah satu pintu tersebut. Ahmad Bin Hanbal menegaskan : "Tidaklah dikatakan seorang itu berilmu sebelum ilmunya mencerminkan perkataannya dan ahlaknya". Dan sebagian dari pintu kebaikan adalah berdo`a karena do`a adalah penggerak dari ibadah dan sebaik-baik do`a dan dzikir adalah yang diajarkan oleh Rasulullah saw karena beliau adalah hamba yang paling tahu akan Tuhan Yang Maha Mengabulkan do`a kita.
7. Menjauhi Larangan Agama:
Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang mu`min adalah menjaga lisan dari mengguncing dalam keadaan berpuasa sebagaimana yang dipesankan Rasulullah s.a.w: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan ghibah maka tiada artinya di sisi Allah baginya berpuasa dari makan dan minum" (HR: Bukhari).
Berkata Ibnu Battal: Bukan berarti kemudian ia meninggalkan puasa, tapi ini merupakan peringatan agar meninggalkan perkataan dusta dan ghibah. Adapun makna perkataan Rasul: "Tiada arti di sisi Allah s.w.t." menurut Ibnu Munir adalah: tamsil dari ditolaknya puasa yang bercampur dengan dusta. Adapun puasa yang bersih dari pekerjaan tercela tersebut, insya Allah akan tetap diterima.
Ibnu Arabi berkata: Umat-umat sebelum kita cara berpuasanya hanya menahan diri dari bicara namun diperbolehkan makan dan minum, begitupun mereka tidak sanggup, sehingga Allah meringankan dengan dihapusnya setengah hari yaitu malam dan dihapusnya setengah puasa yaitu puasa dari bicara, namun mereka tetap tidak sanggup, mereka bahkan melakukan tindakan-tindakan yang diharamkan agama. Kemudian Allah meringakan lagi untuk meningkatkan derajat manusia dengan meninggalkan perkataan dusta dan munkar. Allah pun mewayuhkan kepada Rasulullah s.a.w. "Barangsiapa yang berkata dusta atau berbuat munkar maka Allah s.w.t. tidak menerima puasanya dari makanan dan minuman. Maka beruntunglah mereka yang menyibukkan diri dengan aibnya hingga tidak memikirkan aib orang lain dan beruntunglah mereka yang tinggal di rumah, sibuk dengan ibadah kepada Allah, menangisi kesalahannya di saat manusia sedang terlelap tidur.
Selain itu, selayaknya kita tidak ikut campur urusan orang lain sehingga kita terseret dalam kemungkaran atau menjerumuskan orang lain dalam kemungkaran. Kalau ada orang yang mengganggu kita, hendaklah kita ingatkan bahwa kita sedang berpuasa, sebagaimana diajarkan Rasulullah saw: Apabila dihina oleh seseorang hendaklah ia ucapkan saya sedang berpuasa. Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, mulut seorang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibanding minyak wangi misik".
Maka seorang mu`min yang menguasai syahwatnya dan menahan dirinya dari makanan dan minuman yang halal, menahan dirinya dari menggauli istrinya yang halal, seyogyanya ia juga menjaga dirinya dari hal yang jelas-jelas diharamkan di luar bulan puasa. Mulut ini, dijadikan Allah swt tidak untuk mengumpat. Mulut yang dijadikan Allah lebih harum dibanding aroma minyak misik, janganlah sengaja dikotori dengan perkataan dusta atau menghina meskipun dalam keadaan terpaksa. Hendaklah ia berkata pada dirinya: "Saya sedang berpuasa dan tidak dihalalkan bagiku berbuat hal tersebut"
Oleh Karena Itu Saudaraku hendaklah engkau buat jadwal bagimu. Aturlah waktumu dan sisakan waktu buat ibadah, jangan sampai engkau kehilangan barokah serta keutamaan Ramadhan, sesungguhnya waktu Ramadahan terlalu singkat untuk meraih seluruh keutamaannya, maka persiapkanlah dirimu sekarang untuk menghadapi bulan penuh berkah, rahmah dan maghfirah ini.
Tiada kata yang pantas untuk mengakhiri tulisan ini, selain firman Allah s.w.t. dalam surat Fatir ayat 32-34 "Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang dzalim pada diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang biasa saja dan diantara mereka ada yang lebih banyak berbuat kebaikan. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. Bagi mereka surga Eden yeng mereka masuki dengan dihiasi gelang-gelang emas dan mutiara dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. Mereka berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan penerima Syukur".
KULLU AAM WA ANTUM BI KHAIR
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan

 

MASYRU'IYAT PUASA RAMADHAN
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).
1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain
2. Puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA
1. Bulan Ramadhan adalah:
a. Bulan yang penuh Barakah.
b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri.
2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :
a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah.
RUKUN PUASA
a. Berniat sejak malam hari
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan istri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib),
Wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.
YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN
Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.
Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena :
a). Umurnya sangat tua dan lemah.
b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan.
HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
a. Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa.
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa.
c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib)
HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA
a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
b. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
c. Berbekam pada siang hari.
d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari (hukumnya makruh)
e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
f. Disuntik di siang hari.
g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.
ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib.
Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat.
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu.
c. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : "Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah."
2. Makan sahur. Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh.
3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an
4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir (20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama'ah.
b. Salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at.
c. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan.
d. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
e. Membaca do'a qunut dalam shalat witir.
5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku.
6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir.
7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.
Cara i'tikaf:
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid.
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf.

 

Diakui atau tidak, kita dalam hidup sehari-hari masih selalu terserimpung dengan perasaan berat untuk menginfakkan sebagian harta kita kepada yang berhak. Kita sering tidak merasa tersentuh oleh anak-anak kecil yang memanggil-manggil dengan menjajakan koran di depan jendela mobil kita, saat kita berhenti di persimpangan jalan. Kita sering perhitungan untuk membantu tetangga yang kelaparan, para pengemis yang terdesak lapar, para fakir miskin yang tidak sanggup lagi membiayai anaknya sekolah. Untuk zakat saja yang merupakan kewajiban, kita selalu berusaha menghindar dan mencari-cari alasan. Apa yang membuat berat? Apakah harta kita akan berkurang? Apakah Infaq dan zakat memang menguras harta kekayaan kita?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ada beberapa hal yang harus disadari:
Pertama: kurangnya, kalau tidak ingin disebut tidak ada, kesadaran bahwa harta yang kita miliki itu sebenarnya milik Allah. Kita bukan pemilik yang sebenarnya. Kita hanya pembawa amanat. Suatu saat, sehebat apapun kita menjaga dan menyimpannya, kita pasti akan meninggalkannya. Kita pasti akan berpisah dengan harta kekayaan, bahkan kita akan diminta pertanggung jawaban mengenai sejauh mana kita menggunakan harta yang kita genggam. Tidak adanya kesadaran seperti ini, menyebabkan lahirnya pemahaman yang salah: bahwa harta itu itu milik kita sepenuhnya, ia adalah hasil keringart dan jerih payahnya. Akibatnya ia menjadi pelit dan kikir, padahal kalau ia pikirkan secara mendalam, ia akan sampai kepada sebuah ajwaban, bahwa yang menentukan kaya tidaknya seseorang, bukan karena keringat dan jerih payahnya, melainkan Allah.
Lihat kenyataan yang sering ada dalam kehidupan kita, banyak kita menyaksikan saudara-saudara kita bekerja keras siang dan malam, tapi ternyata rejekinya masih saja hanya cukp dimakan. Di saat yang sama kita juga menyaksikan sejumlah orang yang hanya duduk santai, bahkan tidur-tiduran,tapi Allah melimpahkan kepadanya kekayaan yang melimpah ruah.
Kedua: kurang mantapnya keyakinan akan janji Allah, bahwa setiap apa yang kita infakkan akan mendapatkan ganti tujuh ratus kali lipat. Akibatnya kita selalu keberatan untuk berinfaq. Sebab kita selalu yakin bila berinfaq hartanya pasti akan berkurang, padahal janji Allah pasti dan tidak pernah diingkari. Sungguh betapa banyak bukti-bukti yang menguatkan betapa Allah melimpahkan harta orang-orang yang selalu membayar zakat dan infaq. Dalam kisah orang-orang soleh sering kita membaca bahwa mereka begitu kuat keyakinanya terhadap janji Allah tersebut, sehingga mereka tidak pernah sama sekali terbebani oleh dunia yang ada di tangan mereka. Imam Ahmad bin Hanbal, ketika diberi hadiah oleh seorang khalifah sejumlah hadiah, beliau tidak pernah berfikir bagaimana menikmati harta tersebut, malainkan beliau segera menginfakkannya kepada yang berhak. Itulah kemudian kita menyaksikan kehidupan beliau begitu berkah, dinamis dan produktif, tidak terbebani permasalahan dunia apapun. Apalagi beliau memang memilih hidup sederhana.
Ketiga: kita selalu dikuasai oleh perasaan ingin dipuji, ingin dibilang bahwa kita dermawan. Kalau tidak ada yang menyaksikan atau di depan halayak, kita tidak mau bersedekah. Baru kalau kita bisa menunjukkan gengsi sosial kita mau bersedekah. Akibatnya infaq yang kita lakukan bukan atas dasar iamn, melainkan karena gengsi sosial. Dari sininya hilangnya keberkahan dalam infaq kita. Sebab Allah sangat membenci orang yang berinfaq dengan tujuan supaya dipuji orang lain. Dalam terminology agaam, sikap semacam ini dikategorikan riyak. Suatu sikap yang akan menundang dosa. Bahkan riyak disebut juga “Assyirkul Asghar” (syirik kecil), sebab dengan sikap tersebut ia lebih menyukai dipuji orang daripada dipuji Allah. Tegasnya ia telah mensejajarkan manusia dengan Allah.
Keempat: lemahnya kesadaran bahwa setiap yang kita infaqkan akan menjadi tabungan kita di hari akhirat, yaitu kehidupan kita yang kekal kelak. Mencapai kebahagiaan dalam kehidupan ini memerlukan bekal khusus yang berkualitas. Bekal tersebut harus kita persiapkan dengan nilai-nilai keihlasan sewaktu di dunia. Salah satu bekal tersebut adalah berinfaq. Tidak harus dengan harta, namun dengan apa saja yang ia miliki. Mereka yang mempunyai ilmu bisa berinfaq dengan ilmu, mereka yang punya harta bisa berinfaq dengan hartanya, begitu seterusnya. Satu hal yang perlu kita yakini bersama bahwa barang siapa yang berinfaq di jalan Allah dengan tanpa hitungan “bighairi hisab” maka Allah akan membalasnya dengan tanpa hitungan pula. Amiin.

* artikel disadur dari : http://www.pesantrenvirtual.com

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...