Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

PERLU KEDEWASAAN DALAM MEMAHAMI PERBEDAAN

Tuesday, October 4, 2011

Share this history on :

Oleh : Muhibbin Noor

Akhir-akhir ini kita disuguhi beberapa kejadian kekerasan yang menimpa kepada anak bangsa ini dan bersinggungan dengan persoalan sara. Akar persoalannya sepertinya berkisar kepada persoalan beda pandangan dan pemahaman serta keyakinan pada masing-masing kelompok. Persoalan ini sesungguhnya merupakan persoalan lama dan laten yang sangat sensitive, yang kalau tidak ditangani dengan hati-hati dan tegas, akan mengakibatkan terpecahnya bangsa ini serta merugikan kepada semua pihak.

Kalau zaman dahulu banyak persoalan beda pendapat tersebut dapat diatasi dengan saling menghormati dan toleran, sehingga masing-masing dapat hidup rukun dan menjalankan keyakinan masing-masing, tetapi mengapa saat ini yang seharusnya dapat lebih mengedepankan rasa toleran, tetapi malah justru banyak kejadian kekerasan yang muncul. Seolah mereka itu paling benar dan dapat menilai orang lain salah dalam keyakinan, padahal undang-undang kita telah mengatur tentang keyakinan yang berbeda-beda dan dianut oleh anak bangsa ini dijamin untuk tetap bisa hidup dan dijalankan oleh mereka yang meyakininya.

Memang dalam menafsirkan ketentuan agama masing-masing orang dapat saja berbeda, dan hal itu dapat dimengerti, tetapi kemudian dalam mengimplementasikan keyakinannya tersebut kadang-kadang terkesan dipaksakan dan melanggar hak-hak orang atau pihak lain yang berpaham beda dengan yang dipahaminya. Inilah yang menyebabkan terjadinya kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Artinya berbeda pendapat dan keyakinan dalam memahami teks agama itu sah dan harus dianggap sebagai perbedaan yang wajar, namun memaksakan pemahamannya tersebut kepada orang lain, itu yang sesungguhnya tidak dapat dibenarkan, meskipun dengan argumentasi agama sekalipun.

Agama, terutama Islam sesungguhnya agama yang selalu menebarkan kedamaian, dan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi semua orang Islam juga selalu menganjurkan untuk menebarkan kedamaian di muka bumi ini, kepada siapapun, baik yang dikenal maupun yang belum atau tidak dikenal, dan bahkan beliau tampil sebagai sosok teladan yang mempelopori kedamaian. Disamping itu tidak ada satu ayat atau hadis pun yang menganjurkan berbuat kerusuhan, kekerasan, dan sebangsanya. Tetapi sebaliknya justru yang ada ialah menganjurkan agar umat manusia itu saling menghormati dan hidup rukun penuh dengan kedamaian.

Oleh karena itu sungguh amat disayangkan kalau kemudian saat ini muncul kenyataan, dimana ada kelompok yang mengatas-namakan Islam, tetapi justru membuat kerusuhan dan kekerasan terhadap sesama umat Tuhan. Bahkan juga merusak harta milik orang lain yang seharusnya dihormati, seperti membakar rumah, merusak dan membakar mobil, dan bahkan membakar rumah ibadah, baik masjid maupun gereja, termsuk pondok pesantren, seperti yang baru-baru ini terjadi di beberapa wilayah di Negara kita, Pandegelang banten, Temanggung Jawa Tengah, Pasuruhan Jawa Timur dan lainnya..

Anehnya perbuatan yang merugikan pihak lain tersebut dianggapnya sebagai perbuatan mulia dan atas perintah agama. Ini sungguh pemahaman yang bertolak belakang dengan seluruh kehidupan dan teladan pembawa syariat agama itu sendiri, yakni Rasulullah Muhammad SAW. Bagiaman bisa perbuatan merusak dan merugikan pihak lain, diatas-namakan agama, padahal ajaran yang ditebarkan oleh agama itu sendiri sesungguhnya mengajak kepada perdamaian dan ketenteraman dan saling menghormati, baik keyakinan maupun harta benda yang menjadi milik masing-masing.

Teks agama, khususnya Islam, yakni al-Quran dan hadis Nabi dapat saja dipahami secara berbeda oleh umatnya sendiri, dan masing-masingmerasa bahwa pemahamannyalah yang benar. Hal semacam ini sesungguhnya dapat dibenarkan sejauh tidak memaksakan pemahamannya tersebut kepada pihak lain dan menganggap pemahaman pihak lainnya itu salah dan bahkan sesat dan harus dilenyapkan. Sebaliknya kalau pemahaman dan keyakinan yang berbeda tersebut hanya untuk diyakini dan dijalankan dan diadu argumentasi dengan pemahaman lainnya dengan cara yang baik, tentu itu yang seharusnya dilakukan. Kalau pihak lain kemudian mau mengikuti argumentasi pihak lainnya, karena dianggap lebih kuat dan rasional, dan kemudian mengikuti pemahaman tersebut, itu yang diharapkan, tetapi kalau mereka masih tetap dalam keyakinan mereka, menurut saya ya biarkan saja. Toh penjelasan dan argumentasi sudah diberikan, dan itu sudah memenuhi unsure dakwah.

Menghormati dan menghargai pendapat dan pemahaman dan keyakinan yang berbeda harus dikedepankan, karena kita umat yang beradap dan berpikir. Sikap toleran dan dapat menerima perbedaan itu merupakan sekap dewasa yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin dan tokoh agama, karena mereka itulah yang akan menentukan sikap umatnya. Dan kalau saat ini kekerasan dan kerusuhan yang mengatas-namakan agama masih saja terjadi di beberapa daerah, itu menandakan bahwa sebagian tokoh dan pemimpin agama kita belum dapat menjadi teladan dalam bersikap dan bertindak.

Untuk itu ada baiknya para pemimpin umat dan para ulama untuk segera turun tangan memberikan pencerahan kepada umat secara umum, termasuk kepada beberapa tokoh yang berada dalam “garis keras”, agar sedikit berpikir ulang dan mencermati lagi ajaran hakiki dari Nabi kita. Dengan pencerahan tersebut, diharapkan akan ada sedikit perubahan orientasi dalam menyikapi ajaran syariat Islam, sehingga tidak memaksakan kehendak yang akan merugikan banyak pihak. Kita harus meyakinkan kepada mereka yang berpikiran seperti itu, bahwa Tuhan tidak akan suka dengan kekerasan yang dilakukan oleh mereka, bahkan Tuhan akan murka dan mencela serta mengutuk mereka. Dan yang jelas tidak ada agama apapun di dunia ini yang membenarkan tindakan anarkhis dan memaksakan kehendak tersebut.

Tetapi kita memang menyadari bahwa siklus kehidupan umat beragama di dunia ini terus terjadi, dimana sifat dan coraknya hamper mirip. Ada kalanya pada masa lalu dimana beberapa golongan juga melakukan hal serupa dengan yang saat ini terjadi. Saya ambil contoh pemahaman dan keyakinan yang dimiliki oleh golongan Khawarij (golongan yang sebelumnya memuela Ali bin Abi Thalib dalam perselisihannya dengan Muawiyah bin Abu Sufran). Mereka ini komitmennya terhadap agama Islam sangat luar biasa kuatnya, tetapi sangat disayangkan bahwa keyakinan yang demikian kuat untuk menjalankan dan mempertahankan syariat Islam tersebut tidak disertai sikap tolerans dan penghormatan terhadap keyakinan dan pemahman pihka lain. Akibatnya mereka kemudian menghalalkan cara untuk mencapai maksud dan tujuan yang mereka yakini sebagai kebenaran dan merupakan tugas agama.

Sejarah mencatat bahwa mereka bahkan tidak segan-segan menganggap orang lain sebagai kafir, hanya karena berbeda dalam memahami teks, bahkan mereka juga tega membunuh orang-orang yang dianggap berlainan pemahaman dan keyakinan dengan mereka. Ali bin Abi Thalib yang menerima tawaran arbritasi atau tahkim dengan pihka Muawiyah dianggapnya telah keluar dari hokum Tuhan dan bahkan kafir, dank arena itu harus dibunuh. Demikian juga Muawiyah telah keluar dari Islam, karena memerangi khalifah Ali dan harus dibunuh pula. Jadilah mereka berdua sebagai target pembunuhan mereka, karena dianggap telah keluar dari hokum Tuhan. Bahkan mereka beranggapan bahwa tugas membunuh mereka itu merupakan tugas mulia atas nama agama.

Kondisi tersebut nampaknya sedikit banyak ada kemiripannya dengan kondisi yang terjadi pada saat ini, dimana perbedaan pemahaman dalam agama telah dijadikan alasan untuk membuat kekerasan dan perusakan atas nama agama. Sungguh suatu sikap dan tindakan yang nyata-nyata tidak dapat dibenarkan oleh akal sehat.

Menurut saya, saat ini yang paling mendesak ialah penanganan persoalan tersebut dengan tegas didasarkan atas peraturan perundangan yang berlaku. Siapapun yang terlibat dalam kerusuhan dan kekerasan tersebut harus mendapatkan hukuman, bahkan pemicu dan dalang yang sesungguhnya harus bisa ditemukan dan diberikan hukuman yang berat. Ketegasan di sini sangat diperlukan untuk memberikan sedikit efek jera bagi para pembuat kerusuhan ataupun bagi para calon pembuat kerusuhan dan kekerasan. Bahkan untuk pelaku kekerasan yang mengatas-namakan agama seharusnya mendapatkan hukuman yang lebih dibandingkan pembuat kerusuhan yang tidak atas nama agama. Sebab kerusuhan yang mengatas-namakan agama itu sudah menodai kesucian agama yang sesungguhnya tidak pernah mengajarkan untuk membuat kerusuhan dan keonaran.

Kita semua menginginkan ketenteraman, kedamaian dan kerukunan dalam hidup di nusantara ini, karena sangat jelas bahwa kita hidup di Negara yang berdasarkan Pancasila dan peraturan perundangan kita juga sangat jelas memberikan ruang dan kesempatan kepada semua pemeluk agama yang berbeda untuk dapat hidup rukun dan damai, serta menjalankan syariat agama masing-masing dengan tanpa mengusik dan apalagi menghina keyakinan pihak lainnya. Semua harus menghargai keyakinan yang dianut oleh masing-masing tanpa harus menyalahkan yang lain.

Kalau hal ini sudah menjadi komitmen kita bersama, maka seharusnya tidak lagi akan muncul kekerasan dan kerusuhan yang berkaitan dengan perbedaan agama atau kebebasan dalam menjalankan agama dan keyakinan yang dianut oleh bangsa Indonesia. Dalam menjalankan ajaran agama, masing-masing memang sendiri-sendiri sesuai dengan keyakinan mereka, tetapi dalam menjalankan fungsi sebagai warga bangsa untuk membangun Negara, seluruh masyarakat harus bersatu tanpa memandang agama dan bajunya.

Ini semua merupakan syarat mutlak untuk terwujudnya kehidupan yang damai, nyaman dan tenteram di dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama. Jangan lagi ada pemikiran untuk membelah bangsa ini dengan keinginan konyol mendirikan Negara baru yang diatas-namakan dan didasarkan agama tertentu. Itu semua hanya akan menjadikan Negara kita terpecah dan tercabik-cabik, serta tidak akan dapat mewujudkan kesejahteraan dalam hidup ini.

Semoga semua pihak menyadari hal ini dan kemudian bersatu mendukung dan menciptakan kerukunan dan kedamaian diantara seluruh warga bangsa yang memang majemuk ini, sehingga keinginan untuk membangun Negara dan masyarakat menjadi Negara dan masyarakat yang makmur, sejahtera, adil, dan beradab, akan segera bisa teralisasi bersama dengan berkat Tuhan Allah SWT. Amin.

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...